Senin, Januari 19, 2009

Melacak Zionis di Indonesia

Zionis-Yahudi mengakar kuat di Indonesia. Melalui antek-anteknya yang
ada di Indonesia, mereka berhasil menguasai sektor ekonomi, terutama
bidang perbankan dan merasuki budaya Indonesia.

Sejak mencuatnya kasus grup band Dewa yang diprotes lantaran
menginjak-injak karpet bermotif lafaz Allah saat manggung di salah
satu stasiun televisi, obrolan seputar Yahudi, Zionis dan Freemasonry
makin rame. Apalagi, pentolan Dewa, Ahmad Dhani, selama ini kerap
dijumpai mengenakan kalung Bintang David, simbol Zionis-Israel.

Untuk mengetahui lebih dalam jaringan kaum yang dikutuk Allah SWT itu,
berbagai kalangan menggelar berbagai forum diskusi dan dialog tentang
Zionis-Yahudi. Selasa (31/5) lalu, misalnya, Kajian Islam Cibubur
Pesantren Tinggi Husnayain, Pimpinan KH A Cholil Ridwan menggelar
sebuah diskusi yang bertajuk "Bahaya Gerakan YAHUDI di Indonesia".

Ridwan Saidi, salah seorang pembicara dalam dialog itu, mengaku
prihatin dengan kondisi umat saat ini. Sebab, banyak umat yang masih
tidak percaya gerakan Zionis-Yahudi. Bahkan sebagian kaum Muslimin
memandang tudingan gerakan Zionis-Yahudi sebagai sesuatu yang
mengada-ada. Padahal, dampak dari gerakan Zionis ini sangatlah
merugikan kaum Muslimin bahkan umat manusia.

"Siapa bilang tidak ada gerakan Zionis-Yahudi di sini. Ada dong, sebab
akarnya terlalu kuat di Indonesia. Mereka masuk sejak zaman Hindia
Belanda," ujar pria yang puluhan tahun meneliti dan mengkaji gerakan
Zionis-Yahudi itu.

Benarkah akar Zionis-Yahudi begitu kuat di Indonesia? Apa saja
indikasi dan buktinya? Memang, tak mudah melacak jejak gerakan
berbahaya ini di Indonesia. Apalagi selama ini, Zionis-Yahudi, memang
gerakan tertutup. Aktivitas mereka berkedok kegiatan sosial atau
kemanusiaan. Namun sasaran dan tujuannya sangat jelas: Merusak kaum
lain.

Ibarat orang yang sedang buang angin dengan pelan: tercium baunya,
tapi tak nampak wujudnya. Tidak mudah mengendus dan mendeteksi mereka.
Namun dengan membuka-buka catatan sejarah, kabut dan misteri seputar
jaringan Zionis-Yahudi di Indonesia akan terbuka lebar.

Gedung dan bangunan ternyata tak hanya memiliki estetika, namun juga
menyimpan sejarah peradaban, tak terkecuali gerakan Zionis-Yahudi di
Indonesia. Dari sejumlah dokumen sejarah, tidak sedikit gedung-gedung
yang berdiri dan beroperasi saat ini yang ternyata dulunya pernah
menjadi pusat pengendali gerakan Zionis-Yahudi di Indonesia.

Satu di antaranya adalah gedung induk yang saat ini dipakai pemerintah
untuk kantor Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di
Jalan Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Dalam buku "Menteng Kota
Taman Pertama di Indonesia" karangan Adolf Hueken, SJ, disebutkan,
awalnya gedung yang kini berperan penting merencanakan pembangunan
Indonesia itu adalah bekas loge-gebouw, tempat pertemuan para
vrijmetselaar.

Loge-gebouw atau rumah arloji sendiri adalah sebuah sinagog, tempat
peribadatan kaum Yahudi. Dulu, kaum Yahudi memakainya untuk tempat
"sembahyang" atau "ngeningkan cipta" kepada Tuhan. Karena tempat itu
sering dipergunakan untuk memanggil-manggil roh halus, maka masyarakat
Indonesia sering menyebut loge sebagai rumah setan.

Sementara Vrijmetselarij adalah organisasi bentukan Zionis-Yahudi di
Indonesia (Dulu Hindia Belanda). Ridwan Saidi dalam bukunya "Fakta dan
Data Yahudi di Indonesia" menuliskan bahwa pimpinan Vrjmetselarij di
Hindia Belanda sekaligus adalah ketua loge.

Vrijmetselarij bukanlah organisasi yang berdiri sendiri. Ia merupakan
bentukan dari organisasi Freemasonry, sebuah gerakan Zionis-Yahudi
internasional yang berkedudukan di London, Inggris. Pada tahun 1717,
para emigran Yahudi yang terlempar ke London, Inggris, mendirikan
sebuah gerakan Zionis yang diberi nama Freemasonry. Organisasi inilah
yang kini mengendalikan gerakan Zionis-Yahudi di seluruh dunia.

Dalam kenyataannya, gerakan rahasia Zionis-Yahudi ini selalu bekerja
menghancurkan kesejahteraan manusia, merusak kehidupan politik,
ekonomi dan sosial negara-negara yang di tempatinya. Mereka ingin
menjadi kaum yang menguasai dunia dengan cara merusak bangsa lain,
khususnya kaum Muslimin.

Mereka sangat berpegang pada cita-cita. Tujuan akhir dari gerakan
rahasia Zionis-Yahudi ini, salah satunya, adalah mengembalikan
bangunan Haikal Sulaiman yang terletak di Masjidil Aqsha, daerah
Al-Quds yang sekarang dijajah Israel. Target lainnya, mendirikan
sebuah pemerintahan Zionis internasional di Palestina, seperti terekam
dari hasil pertemuan para rabbi Yahudi di Basel.

Seperti disinggung di atas, gedung Bappenas memiliki sejarah kuat
dengan gerakan Zionis-Yahudi. Tentu, bukan suatu kebetulan, jika
lembaga donor dunia seperti International Monetary Fund (IMF) yang
dikuasai orang-orang Yahudi sangat berkepentingan dan menginginkan
kebijakan yang merencanakan pembangunan di Indonesia selaras dengan
program mereka.

Satu per satu bukti kuatnya jejak Zionis-Yahudi di Indonesia
bermunculan. Jejak mereka juga nampak di sepanjang Jalan Medan Merdeka
Barat dengan berbagai gedung pencakar langitnya. Menurut Ridwan Saidi,
semasa kolonial Belanda, Jalan Medan Merdeka Barat bernama Jalan
Blavatsky Boulevard. Nama Blavatsky Boulevard sendiri tentu ada
asal-usulnya. Pemerintah kolonial Belanda mengambil nama Blavatsky
Boulevard dari nama Helena Blavatsky, seorang tokoh Zionis-Yahudi asal
Rusia yang giat mendukung gerakan Freemasonry.

Siapa Blavatsky? Pada November 1875, pusat gerakan Zionis di Inggris,
Fremasonry, mengutus Madame Blavatsky-demikian Helena Balavatsky biasa
disebut-ke New York. Sesampainya di sana, Blavatsky langsung
mendirikan perhimpunan kaum Theosofi. Sejak awal, organisasi
kepanjangan tangan Zionis-Yahudi ini, telah menjadi mesin pendulang
dolar bagi gerakan Freemasonry.

Di luar Amerika, sebut misalnya di Hindia Belanda, Blavatsky dikenal
sebagai propagandis utama ajaran Theosofi. Pada tahun 1853, saat
perjalanannya dari Tibet ke Inggris, Madame Blavatsky pernah mampir ke
Jawa (Batavia). Selama satu tahun di Batavia, ia mengajarkan Theosofi
kepada para elit kolonial dan masyarakat Hindia Belanda.

Sejak itu, Theosofi menjadi salah satu ajaran yang berkembang di
Indonesia. Salah satu ajaran Theosofi yang utama adalah menganggap
semua ajaran agama sama. Ajaran ini sangat mirip dan sebangun dengan
pemahaman kaum liberal yang ada di Indonesia.

Menurut cerita Ridwan Saidi, di era tahun 1950-an, di Jalan Blavatsky
Boulevard (kini Jalan Medan Merdeka Barat) pernah berdiri sebuah loge
atau sinagog. Untuk misinya, kaum Yahudi memakai loge itu sebagai
pusat kegiatan dan pengendalian gerakan Zionis di Indonesia. Salah
satu kegiatan mereka adalah membuka kursus-kursus okultisme
(pemanggilan makhluk-makhluk halus).

"Jika saat ini saham mayoritas Indosat dikuasai Singtel, salah satu
perusahaan telekomunikasi Yahudi asal Singapura, maka itu sangat
wajar. Sebab dulunya Indosat adalah sinagog dan kembai juga ke
sinagog," ujar mantan anggota DPR yang pernah menginjakkan kakinya ke
Israel tersebut.

Di sepanjang Jalan Juanda (Noordwijk) dan Jalan Veteran (Rijswijk)
jejak Zionis-Yahudi juga ada. Dalam sebuah artikel di sebuah media
massa yang terbit di Jakarta, sejarawan Betawi Alwi Shahab
menyebutkan, pada abad ke-19 dan ke-20, sejumlah orang Yahudi menjadi
pengusaha papan atas di Jakarta. Beberapa di antaranya bernama
Olislaegar, Goldenberg dan Ezekie. Mereka menjadi pedagang sukses dan
tangguh yang menjual permata, emas, intan, perak, arloji, kaca mata
dan berbagai komoditas lainnya. Toko mereka berdiri di sepanjang Jalan
Risjwijk dan Noorwijk.

Masih menurut Alwi, pada tahun 1930-an dan 1940-an, jumlah orang
Yahudi cukup banyak di Jakarta. Bisa mencapai ratusan orang. Mereka
pandai berbahasa Arab, hingga sering dikira sebagai orang keturunan
Arab. Bahkan Gubernur Jenderal Belanda, Residen dan Asisten Residen
Belanda di Indonesia banyak yang keturunan Yahudi.

Yahudi di Batavia memiliki persatuan yang sangat kuat. Setiap hari
Sabtu, hari suci kaum Yahudi, mereka sering berkumpul. Tempatnya di
gedung yang kala itu terletak di sekitar Mangga Besar, Jakarta Barat.
Di gedung itu, seorang rabbi, imam kaum Yahudi, memberikan wejangan
dengan membaca Kitab Zabur.

"Merantau" sudah menjadi tradisi hidup kaum Zionis-Yahudi. Tidak ada
daerah yang tidak mereka rambah. Di luar Jakarta, kaum Yahudi menetap
di daerah Bandung, Jawa Barat. Pengamat Yahudi asal Bandung, HM Usep
Romli mengatakan, mereka masuk Bandung sejak tahun 1900-an. Untuk
meredam resistensi masyarakat Bandung, mereka masuk melalui jalur
pendidikan dengan berprofesi sebagai guru. Kebanyakan dari mereka
adalah pengikut aliran Theosofi, kaki tangan gerakan Freemasonry
internasional. Tempat kumpul mereka berada di sebuah rumah yang
terletak di dekat Jalan Dipati Ukur. Masyarakat menyebut rumah itu
sebagai rumah setan.

"Dulunya, kawasan Dipati Ukur adalah tempat tinggal orang-orang
Belanda dan tempat berkumpulnya kaum terpelajar, baik dari Belanda
maupun pribumi. Itulah kenapa jika ditengok kawasan Dipati Ukur saat
ini, banyak sekali berdiri lembaga-lembaga pendidikan, termasuk
Universitas Padjajaran (Unpad). Namun saya tidak tahu di mana tepatnya
markas kaum Theosofi tersebut," ujar Usep.

Pada dasarnya, mereka tidak mengalami kesulitan menjajakan
pemahamannya karena berpenampilan lembut, sopan dan ramah. Karenanya
banyak masyarakat yang simpati dan tertarik dengan mereka.
Sampai-sampai banyak masyarakat mengultuskan ucapan dan ajaran mereka,
hingga mengikuti ritual agama Yahudi. "Tanpa disadari ajaran Zionis
masuk ke hati dan pikiran masyarakat Bandung dan tumbuh menjadi suatu
ajaran yang kuat," tandas Usep.

Khusus di Surabaya, kaum Yahudi membentuk komunitas sendiri di
beberapa kawasan kota lama, seperti Bubutan dan Jalan Kayon. Di Jalan
Kayon No 4, Surabaya, hingga kini berdiri sebuah sinagog, tempat
peribadatan kaum Yahudi. Selama ini gerakan mereka tidak mudah
terdeteksi masyarakat karena mereka berkedok yayasan sosial dan amal.

Panah beracun Zionis-Yahudi terus dilepaskan dari busurnya dan terus
mengenai sasarannya. Setelah menunggu satu dekade, kini mereka sedang
memanen buahnya. Melalui antek-anteknya di Indonesia, kaum
Zionis-Yahudi "menyetir" dunia politik, sektor ekonomi, terutama
bidang perbankan dan jaringan telekomunikasi.

Transaksi saham menjadi modal ampuh mengendalikan Indonesia. Singtel,
perusahaan telekomunikasi milik orang Yahudi yang berkedudukan di
Singapura misalnya, tahun lalu, berhasil menguasai kepemilikan PT
Indosat, sebagaimana diungkapkan Ridwan Saidi . Mereka berhasil
menjadi pemegang saham terbesar dan berhak mengatur arah policy
Indosat ke depan. Komunikasi Indonesia, melalui Indosat misalnya,
dalam kendali Yahudi?

Hal serupa terjadi dalam dunia pemberitaan. Bhakti Investama, sebuah
perusahaan yang sebagian sahamnya milik George Soros, seorang Yahudi
yang pada tahun 1998 mengacak-acak ekonomi Indonesia. Dengan membeli
saham, dia mulai memasuki industri media di Indonesia Ritel juga
menjadi sasaran utama mereka. Philip Morris, sebuah perusahaan rokok
dunia milik seorang Yahudi asal Amerika menguasai kira-kira sembilan
puluh persen saham perusahaan rokok PT Sampoerna. Ia pun berhak
mengendalikan bisnis perusahaan rokok ternama di Indonesia itu.

Bidang budaya tak luput dari garapan mereka. Untuk menjauhkan Islam
dari agamanya, mereka masuk ke dalam kebatinan Jawa. Kuatnya akar
Freemasonry dapat dilihat dari mantra-mantra memanggil roh halus atau
jin yang memakai bahasa Ibrani, bahasa khas kaum Yahudi.

Bau Zionis-Yahudi juga tercium tajam di dunia perjudian. Dadu yang
sering dipakai dalam permainan judi bermata hewan Zionis. "Ini fakta.
Oleh sebab itu saat menerima laporan dari bawahannya tentang kuatnya
akar Zionisme-Yahudi di Indonesia, Hitler, pemimpin NAZI langsung
mengirim pasukannya ke Hindia Belanda untuk memerangi mereka," ujar
Ridwan.

Jelas, gerakan Zionis-Yahudi bukanlah gerakan fiktif atau mengada-ada.
Ia benar-benar nyata dan terus akan bergerak sampai cita-citanya
tercapai: Menguasai dunia. Oleh sebab itu, kaum Muslimin harus terus
memperkuat diri dengan Islam. Tidak boleh lengah atau lalai sedikit
pun. Tetap waspada, jangan mudah termakan dengan pikiran atau paham
bebas, dan rapatkan barisan, adalah modal kuat melawan mereka. Dan,
tak kalah pentingnya, adalah memperkuat dan mengembangkan jaringan dan
gerakan yang sedang kita bangun!

Majalah Sabili

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MA TUR NU WON telah mengunjungi blog saya, selamat bersilaturahmi di dunia maya yaaa...