Jumat, September 19, 2008

Hari Asyura


Hari Asyura
merupakan salah satu hari yang diraikan oleh umat Islam. Asyura berasal daripada perkataan Arab asyara yang bermaksud sepuluh. Ini disebabkan hari Asyura adalah hari yang kesepuluh di dalam kalendar Islam iaitu 10 Muharram.

Mengikut masyarakat Islam, hari Asyura telah menyaksikan banyak sejarah besar dan keajaiban berlaku ke atas para nabi. Disebabkan itu, masyarakat Islam menghormati hari tersebut sepertio juga yang diamalkan oleh Muhammad s.a.w.

baca lagi...

Orang yang Mencaci dan Mengkafirkan Sahabat Nabi adalah Kafir?

Ada begitu banyak orang yang sering kali melemparkan suatu tuduhan kepada orang lain, namun tanpa dia sadari, dirinya sendiripun termasuk dalam tuduhan tersebut.

Misalnya, seorang mahasiswa yang melapor kepada dosen pengawas ujian bahwa si A itu menyontek. Namun, tanpa dia sadari (tapi saya yakin dia sadar sih), ternyata dirinya pun menyontek.

Hal ini juga terjadi pada kehidupan keberagamaan. Salah satunya mungkin bisa kita jadikan pelajaran bersama, yaitu jawaban dari Ahmad Sarwat ketika menjawab pertanyaan yang dilayangkan kepadanya. Jawaban tersebut bisa anda baca disini.

Syiah sering kali dituduh sebagai pihak yang mencaci sahabat Nabi bahkan dituduh sampai mengkafirkan sahabat Nabi. Sudah berpuluh-puluh website yang membahas persoalan ini. Sudah berderet situs yang melemparkan tuduhan tersebut kepada Syiah. Tuduhan yang sering kali dilemparkan oleh orang-orang yang mengaku dirinya Ahlulsunnah. Tetapi apakah itu benar?

Ahmad Sarwat mengatakan bahwa syiah yang masih menghormati pada shahabat khulafaurrasyidin itu jelas masih muslim. Kita tidak mungkin mengatakan mereka kafir begitu saja. Tetapi syiah yang mengkafirkan para khulafaurrasyidin itu, atau bahkan mencaci maki mereka sambil menambahi kata-kata laknatullahi ‘alaihim setiap menyebut nama Abu Bakar, Umar, Utsman dan Aisyah, jelas-jelas syiah yang 100% kafir, bukan Islam dan musuh umat Islam sedunia.

Dari sana disimpulkan bahwa siapa saja yang mencaci maki Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah adalah orang yang 100% kafir. Muncullah pertanyaan dalam benak saya, apa yang menjadi dasar pernyataan beliau itu?

Ternyata pada jawabannya tersebut beliau menyampaikan argumen yang melandasi jawaban tersebut. Bahwa hal ini sejak awal masa Islam telah disepakati oleh para ulama, meski mereka tidak secara ekplisit menyebut syiah sebagai pelakunya. Misalnya, Imam Malik berkata: “Orang yang mencela shahabat-shahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam.”

Penulis tafsir Al-Jami’ li Ahkamil Quran, Al-Imam Al-Qurthubi berkata: “Sungguh ucapan Imam Malik itu benar dan penafsirannya pun benar. Siapa pun yang menghina seseorang Shahabat atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum Muslimin.”

Jadi, orang yang mencaci sahabat Nabi itu adalah orang kafir memiliki dasar argumen dari pernyataan beberapa ulama. Muncul pertanyaan lagi. Lalu apa yang menjadi dasar bagi para ulama itu untuk mengeluarkan pernyataan bahwa orang yang mencaci sahabat Nabi itu kafir? Tetapi nampaknya Ahmad Sarwat tidak mencantumkan dalam jawabannya tersebut. Mungkin bisa ada yang membantu Ahmad Sarwat untuk melengkapi jawabannya?

Ambillah kita menyepakati pendapat para ulama itu bahwa orang yang mencaci sahabat Nabi adalah orang yang kafir, telah keluar dari agama Islam.

Lalu bagaimana dengan beberapa riwayat yang sampai ke tangan kita bahwa diantara sahabat Nabi sendiri terjadi, bukan hanya caci maki, tetapi sampai pada pertikaian dan peperangan yang tentunya menelan korban jiwa?

Sebut saja pertikaian yang terjadi di Saqifah saat perebutan kekuasaan kekhalifahan, padahal saat itu jenazah Nabi belum sempat dikuburkan; perang jamal antara Imam Ali dengan pasukan Aisyah, padahal Nabi sudah melarang istri-istrinya untuk keluar rumah; perang siffin antara Imam Ali dengan Muawiyah.

Jika kita konsisten dengan pendapat ulama itu, bahwa “orang yang mencaci dan mengkafirkan sahabat Nabi adalah orang kafir”, maka mau tidak mau kita harus mengatakan sahabat yang saling lempar caci maki dan menumpahkan darah diantara mereka itu sebagai orang kafir. Dan kita yang menyatakan mereka sebagai orang kafir, padahal mereka itu sahabat Nabi, maka kita sendiri juga kafir. Jadi ndak ada yang bener donk? bingung khan?

Kembali ke pertanyaan awal, apakah benar syi’ah telah mencaci dan mengkafirkan sahabat Nabi?

Dalam menjawab pertanyaan yang sering kali dilontarkan oleh orang-orang yang mengaku diri mereka ahlulsunnah itu, saya ingin mengajak Anda semua untuk sedikit melihat kepada kitab-kitab Ahlulsunnah.

Imam Al-Bukhari di dalam Shahihnya, Kitab al-Riqaq, bab al-Haudh halaman 379-386 menyatakan bahwa mayoritas para sahabat Rasulullah saw telah murtad sepeninggal wafatnya Rasulullah. Hanya segelintir dari mereka yang selamat.

Rasulullah bersabda, “Aku mendahului kalian di Haudh dan sebagian dari kalian akan dibawah kehadapanku, kemudian mereka dipisahkan jauh dariku. Aku (akan) bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah sahabatku (ashabi). lalu dijawab: sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka setelah engkau meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathuu ba’da-ka).

Pada riwayat yang lain Rasulullah juga bersabda: “Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku, lalu dia berfirman: Sesungguhnya Engkau tidak mengetahuai apa yang telah mereka lakukan sepeninggalmu. Sesungguhnya mereka telah menjadi murtad ke belakang (inna-hum irtadduu ‘ala a’qabi-him al-Qahqariy)”.

Riwayat-riwayat diatas, dikutip dari The Translation of the Meanings of sahih Al-Bukhari Arabic-English Vol. VIII oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islami University, Medina Al-Munawwara.

Jadi sebenarnya di dalam kitab Ahlulsunnah sendiri ada riwayat yang menunjukkan kepada kita semua bahwa ada sahabat Nabi yang murtad sepeninggal Nabi. Di antara mereka murtad karena merubah sunnah Nabi, mengacak-acak ketentuan-ketentuan yang telah diturunkan oleh Allah melalui Rasul-Nya. Celakanya, riwayat itu ada dalam kitab hadits yang dianggap oleh Ahlulsunnah sebagai kitab hadits yang paling shahih.

Apakah lantas kita berani mengatakan bahwa Bukhari yang telah meriwayatkan riwayat tersebut sebagai orang kafir? Apakah kita mau mengatakan bahwa Ahlulsunnah itu kafir karena meyakini hadits itu sebagai hadits shahih?

Lalu jika sudah seperti ini, manakah yang benar? Karena menurut Ahlulsunah, di syi’ah pun ada riwayat bahwa mayoritas sahabat Nabi itu murtad dan yang selamat hanya 4 orang saja, jadi Syi’ah juga kafir.

Menurut saya, sebelum kita menentukan mana yang benar, apakah sunni atau syi’ah, maka kita harus mau menelaah kembali pernyataan para ulama yang dijadikan rujukan oleh Ahmad Sarwat bahwa “orang yang mencaci atau mengkafirkan sahabat Nabi adalah orang kafir”. Pernyataan itu yang kemudian harus kita kritisi. Karena jika tidak, sama saja kita menganggap semua sahabat Nabi yang saling berperang adalah orang kafir karena mencaci maki saja bisa jadi kafir apalagi jika sampai saling memerangi Dan kita juga kafir, karena mengatakan mereka kafir padahal mereka adalah sahabat Nabi.. Jadi semuanya kafir.

Alih-alih mau mengkritisi, argumen yang menjadi dasar pernyataan ulama tersebut pun belum kita ketahui. Atau ada diantara Anda yang mengetahuinya? silakan…

hormati yang tidak berpuasa

Pernah ada seorang kawan yang saat itu tengah berpuasa berkata, “hormatilah orang yang berpuasa,” ketika ada seorang temennya, kebetulan perempuan dan sedang datang bulan, makan di depannya. Langsung saja aku bilang ke kawanku, “begitu juga sebaliknya, kamu juga hormati donk orang yang tidak berpuasa.”

Iya, sudah sering kita dicekokin dengan kata-kata ampuh “hormati orang yang berpuasa” ketika bulan Ramadhan tiba. Orang-orang yang tidak berpuasa, dipaksa untuk menghormati orang yang sedang berpuasa, dengan alasan agar orang yang berpuasa tidak mendapatkan godaan.

Warung-warung dan restoran yang menjual makanan dipaksa untuk tutup ketika siang hari. Alternatif lain yaitu warung-warung tersebut diminta untuk menutupi warungnya dengan tirai, sehingga orang yang sedang berpuasa tidak bisa melihat makanan yang ada di dalam warung tersebut.

Aku pikir, alasan itu merupakan alasan yang mengada-ada saja. Pada hakikatnya, ditutup maupun tidak jendela warung tersebut, tetap saja orang berkeyakinan bahwa di dalam warung tersebut ada makanan yang jika dimakan tentu akan membuat perut ini kenyang.

Padahal sesuatu yang ditutup itu cenderung mendatangkan akibat yang lebih besar dari pada sesuatu yang dibuka. Karena sehelai tirai, imajinasi yang bermain dalam otak kita bisa menjadi sangat liar. Pernah di Amerika diadakan penelitian tentang mana yang lebih kuat membangkitkan gairah seseorang: apakah melalui tayangan televisi, drama radio, ilustrasi komik, atau sekedar bacaan saja. Hasilnya menakjubkan, bacaan ternyata lebih menggairahkan, karena itu menyertakan pembacanya dalam imajinasi tak terbatas. Begitu pula kedai yang ditutup tirai. Ia lebih menggoda daripada saat ketika dibuka.

Lalu mengapa hanya orang yang tidak berpuasa saja yang diperintahkan untuk menghormati orang yang berpuasa? Mengapa kita yang berpuasa tidak diperintahkan untuk menghormati orang yang tidak berpuasa? Bukankah di antara kita ada orang sakit, ibu hamil, para musafir yang dibolehkan untuk mengqadha puasanya, meskipun para fukaha masih berbeda pendapat tentang rinciannya?

Lagipula, umat Islam yang berpuasa, walaupun hanya sekedar memenuhi kewajiban, tidak akan membatalkan puasanya hanya karena melihat orang makan minum di siang hari. Melihat makanan ketika sedang berpuasa, tidak membuat kita berdosa.

Aku pikir persoalan ini berbeda konteksnya dengan persoalan aurat. Ketika kita melihat aurat orang yang bukan muhrin kita, itu dosa. Tetapi ketika kita berpuasa dan melihat makanan, ini bukanlah suatu perbuatan dosa.

Jadi, marilah kita ubah cara pandang kita dalam persoalan ini. Masing-masing pihak, baik yang berpuasa maupun yang tidak, harus sama-sama saling menghormati. Bukan orang yang tidak berpuasa saja yang harus menghormati orang yang berpuasa, tetapi begitu juga sebaliknya, orang yang berpuasa pun harus mampu menghormati orang yang tidak berpuasa.

Kontradiksi Teramat Sangat

mudah-mudahan daapat menjadi bahan renungan kita semua, kenapa seperti ini masih terjadi?
salah siapa???


Beberapa saat yang lalu ku blog temen kul. Seperti biasa, dia biasanya memberikan kejutan yang biasanya berupa gambar-gambar yang menggugah. Mulai dari gambar yang memberikan nuansa humor sampai pada gambar, yang jika kita melihatnya seperti ada perasaan gundah muncul dalam hati.

Berikut ini beberapa gambar yang dapat tersajikan. Semoga kita kembali tersadarkan akan realita yang terjadi di luar sana ternyata tidak seperti realita yang saat ini sedang kita jalani dan nikmati.


Selasa, September 16, 2008

sejarah

Inilah keadaan pada masa awal pembangunan jembatan Ampera yang dibangun oleh pemerintah Jepang merupakan pampasan perang. Ide awal pembangunan ini adalah dari Presiden pertama Indonesia Soekarno.

Koleksi Peta Kuno Kota Palembang

Peta Talang Semut

Peta Tahun 1821



Peta Kota

Ini beberapa sajian peta kuno kota Palembang
dan masih ada lagi Peta Kuno Palembang Lainnya

Mengenang Tragedi 1998 di Palembang



Tragedi menegangkan pada 1998 di Palembang adalah kejadian di Pertokoan Tengkuruk Permai, saya masih ingat waktu itu saya berjalan menyeberangi jembatan Ampera saat usai magrib tempat ini terbakar dengan api sepanjang toko ini, sepanjang perjalanan saya dari seberang ilir ke seberang ulu amat menegangkan dan ketika saya sampai di pertokoan Ampera (sekarang Univ.Kader Bangsa) tengah dilempari masayarakat.
Dari Koleksi Kawangkoan

Masa Penjajahan di Palembang



Inilah kisah-kisah orang kita di Palembang pada masa penjajahan dulu, bangsa kita dibuat menderita dengan berbagai bentuk seperti ditindas, diperas, diperangi dan lain-lain. Sebelum kita memperingati apa itu kemerdekaan sebaiknya apa yang terjadi ketika kita belum merdeka.

Palembang Masa Lalu

Dulu pada tgl 18 Agustus Palembang selalu ada Pawai Pembangunan sampai tahun 80-an
Tapi sekarang kegiatan itu sudah jarang dilaksanakan.

Mengenang sejarah Palembang pada masa lalu, ini juga acara baris-berbaris pada tahun 50-an, foto diambil dari pintu Museum SMB II

Poto Palembang yang Diperjualbelikan


Pagi Rabu 30 Juli 2008 bertepatan hari libur nasional saya coba mampir di pasar loak Cinde, sering saya temukan penjualan foto-foto sejarah kota Palembang, setiap ada penjualan itu saya mampir dan melihat satu demi satu gambar yang dijual, kaget lihat salah satu poto yang ada tulisan "Palembang Daily Photo" nampak jelas di poto atas, kemudian saya telusiri seluruh poto yang ada dan meyakinkan poto itu berasal dari web kita ini. Dan ada juga beberapa poto hasil bidikan saya. Saya senang blog ini bisa memberi rezeki ke orang lain namun sayangnya id yang saya buat kebanyakan dibuang oleh penjual. Sebaiknya yang seperti ini di apakan ya..

Pemukiman di Tepian Musi





Pemukiman masyarakat Palembang yang berada di tepi sungai musi dengan beragam kegunaan, ada sebagai tempat parkir speed boad, berdagang, dan ada juga pengemudi ketek serta memang memanfaatkan air sebagai sumber kehidupan mereka.


Kapal Marie


Kapal Marie, kapal ini digunakan untuk menyeberang sungai Musi dikala jembatan Ampera belum ada, pada kapal ini juga bisa mengangkut kendaraan dari seberang ilir ke seberan ulu atau sebaliknya, kapal ini juga menjadi sebuah angkutan yang sangat penting ketika itu.

Palembang Tempo Doeloe

Ketika Jembatan Kertapati dibangun

Karnaval di halaman masjid Agung SMB II

Perahu "Kajang" di tepian Musi

Kejadian masa lampau di kota Palembang, nampak indah dan enak dilihat, begini ya kota kita masa lampau.


Palembang Tempo Doeloe dari Atas


Tampak terlihat Museum SMB II di tengah poto, sudut kanan atas ada Masjid Agung SMB II, sisi kanan ada anak sungai, sebelah kiri ada sudut Benteng Kuto Besak, diperkirakan poto ini dibuat pada tahun 30-an.

Kantor Ledeng


Dua poto bersejarah pada gedung yang megah ini, gambar atas ketika masih dibangun dan gambar bawah suasana banjir juga pernah melanda gedung ini.

Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Tempo Doeloe





Saya dapatkan ini dari "server Belanda" maaf nyatut kata "Roy Suryo", inilah Museum SMB II yang dulu bernama kantor Residen.

Kampung Kapiten Update !



Suasana Kampung Kapiten beberapa hari lalu
Kapiten adalah mama kepala wilayah, 2 rumah di atas dihuni oleh warga keturunan Tionghoa dan masih menganut paham aslinya sedangkan yang paling bawah juga warga Tionghoa yang sudah menganut agama Islam.

Lomba Bidar Tempo Doeloe



Lomba Bidar di sungai Musi telah dilakkan sejak dulu, ini lomba yang diadakan pada zaman Belanda, lihat bendera yang digunakan merah putih biru.

Kampung Arab Balakja






Kampung Arab ini terletak di 9/10 Ulu Palembang tidak jauh dari Masjid Jamik Sungai Lumpur, rumah-rumah tua ini di huni oleh keturunan Arab, sayangnya rumah-rumah unik disini tidak di pelihara hingga terkesan kumuh.


Perkampungan Arab Assegaf

Pabrik Es

Rumah sebelah kiri, rumah yang pernah di tinggali ratu Juliana

Pabrik Es dari kejauhan

Perkampungan juga sering disebut komplek Assegaf ini terletak di 16 Ulu tidak jauh dari simpang tiga jalan. A. Yani. Perkampungannya tenang, jalan di kampung ini sepertinya sudah lama tidak di benahi jadi terkesan seperti jalan tanah saja. Disini rata-rata bangunannya adalah bangunan tua sejak zaman belanda, disini ada pabrik es batu konon disini pernah juga ada pabrik limun, sebuah rumah di persimpangan jalan menurut cerita pernah didiami ratu Juliana pada zaman Belanda, dan pabrik es ini juga bernama Juliana, sekarang sudah berubah nama sesuai dengan kondisi.

Lahat dalam Sejarah

Bukit Telunjuk

Jembatan Lematang

Stasion Lahat

Stasion Lahat

Kali ini ditampilkan Lahat Tempo Doeloe, mumpung kesempatan untuk memposting ini dan ada permintaan seorang teman yang jauh di negri orang. Untuk foto-foto baru tentang lahat saya pernah posting pada waktu lalu.

Balai Prajurit



Dulu ditempat ini dipakai sebagai markas tentara Belanda, dan pada tahun 70 sampai 80-an menjadi Bioskop Mustika, dan sekarang menjadi Balai Prajurit, gedung ini terletak antara Menara Air/Kantor Walikota dengan Balai Pertemuan, foto paling bawah tentara gambar tentara Belanda di atas Benteng dengan berlatar belakang Gedung Balai Prajurit sekaarang.

Menara Air





Dulu pada zaman Belanda disebut Water Leideng (Menara Air), sekarang menjadi tempat berkantornya Walikota Palembang, di bagian belakang ada Kantor DPRD dan halaman upacara, gedung ini sampai sekarang tetap megah dan menjadi salah satu icon kota Palembang. Sayangnya tempat ini tidak menjadi objek wisata padahal peluang untuk itu ada, misalnya membenahi tempat-tempat sekeliling gedung ini. Sayang sekali sungai sekanak tidak dimanfaatkan sebagai bagian dari keindahan lokasi ini.

MA TUR NU WON telah mengunjungi blog saya, selamat bersilaturahmi di dunia maya yaaa...