Sabtu, Oktober 11, 2008

ADA APA DENGAN BUAH KURMA




Kurma siapa yang tidak kenal buah kaya manfaat ini, terlebih lagi di bulan suci ramadhan ini, kurma memang identik dengan bulan suci ramadhan, banyak orang yang menyantapnya saat berbuka puasa dan saat sahur, begitu bermanfaatnya buah yang satu ini sehingga setiap bulan suci tiba hampir seluruh pusat perbelanjaan menjual aneka macam kurma. yah kurma buah yang penuh dengan keutamaan ini memang sangat bermanfaat untuk tubuh kita terlebih di kala menjalanai ibadah puasa. kurma ini memiliki banyak keutamaan yang tidak dimiliki oleh buah buahan lainnya.. seperti:


    pohon kurma adalah pohon pertama yang tumbuh di muka bumi kita ini, buah dari pohon kurma inipun sangatlah unik, kurma baru bisa matang dengan angin yang sangat panas dimana pohon dan buah buahan lain tidak akan sanggup bertahan dengan adanya angin panas tersebut

    Kurma adalah buah yang tahan lama dan tidak bisa busuk, walaupun kita menyimpannya dalam waktu yang lama insya allah kurma ini tetap nikmat untuk digunakan sebagai menu berbuka puasa

    Kurma memiliki banyak jenis seperti kurma makkah, kurma madinah, kurma tunisia dan kurma nabi, dan harganya pun variatif namun dari kesemuanya itu yang paling mahal adalah kurma nabi, dinamakan kurma nabi karena konon Rasulullah SAW memakan kurma jenis ini untuk menu berbuka puasanya di tambah dengan segelas susu.

    Kurma adalah salah 1 buah yang disebutkan di dalam Al-quran, dan sangat dianjurkan untuk dikonsumsi, kurma ini memang berasa manis namun tidak akan berbahaya dikonsumsi oleh pengidap diabetes dan walaupun kurma ini manis namun semut tidak akan mengerubunginya..subhanallah

    buah kaya manfaat ini disarankan untuk di konsumsi sebanyak 3 buah setiap berbuka puasa dan sahur, manfaat kurma ini mampu meningkatkan konsentrasi dan daya pikir dan juga untuk vitalitas (Vitalitas yang terkandung dalam kurma tidaklah sebanding dengan Khasiat Taoge dan Terong).

    Sebuah Penelitian dilakukan oleh dokter asal prancis kepada seseorang yang rutin mengkonsumsi kurma sejak umur 65 tahun sampai umurnya yang telah 80 tahun dia tetap sehat dan kuat untuk beraktifitas, saat di tanya apa yang dia konsumsi, orang itu menjawab "kurma" jadi jelaslah manfaat kurma bagi kita sangatlah luar biasa...

Selain Kurma yang mempunyai manfaat yang luar biasa ada juga beberapa buah buahan pemicu gairah sex. yang ini sangat baik dikonsumsi oleh yang anda sudah menikah Agar anda bisa kenali daerah erotik pasangan anda

Nah berikutnya Selamat menikmati kurma anda, dan jangan lupa untuk segera memburu kurma favorit anda di swalayan terdekat untuk berbuka puasa atau mungkin anda juga ingin mencicipi Martabak Alim untuk menu berbuka puasa anda..

Jumat, Oktober 10, 2008

FILM SANG MURABBI MENYUDUTKAN PESANTREN? TIDAK! (beberapa kritik untuk film Sang Murabbi dan penjelasannya)

Setelah dilansir kurang lebih 2 bulan, film Sang Murabbi mendapat respon yang beragam. Secara umum, respon itu baik. Sesuai dengan segmen film ini, yang terbatas pada kalangan kader dan aktivis dakwah, respon baik itu sesuai dengan tujuan dibuatnya film ini, yaitu menggugah para kader agar kembali mengingat khittah dakwah yang ditancapkan oleh oleh para pendahulunya.

Namun, tentu saja film sang murabbi tetaplah produk manusia yang tidak bisa lepas dari kekurangan-kekurangan, baik secara teknis maupun substansi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang berdatangan dari para penonton membuat kami gembira, karena kritik dan saran itu dapat menjadi kaca benggala; betapa masih terlalu banyak pekerjaan dakwah yang harus kita lakukan dan benahi.

Hanya saja, karena kritik dan saran itu datang dari beberapa kalangan (yang sebetulnya sama, yaitu para penggiat aktivitas dakwah juga), ada beberapa kritik yang bertendensi kurang positif sehingga harus mendapat penjelasan. Berikut ini di antara kritik dan penjelasannya. Saya lansir satu per satu ya. Selamat mengikuti.


1. Film "Sang Murabbi", Dialog yang Menyudutkan Pesantren

Sumber tulisan: http://opinianda.wordpress.com dimuat sebelumnya di Republika Online dan Harian Republika, Senin (15/9).

VCD film ‘Sang Murabbi’ yang dikeluarkan oleh Majelis Budaya Rakyat secara umum memuat pesan yang cukup bagus. Film yang dibuat semi dokumenter tersebut menceritakan tentang profil dan kiprah tokoh tarbiyah Indonesia, Ustadz Rachmat Abdullah (alm) dalam menjalankan dakwah semasa hidupnya. Skrip dan skenarionya pun dibuat secara apik, sehingga dapat menggugah semangant dakwah sekaligus membentuk pencitraan dan konsep diri kader dakwah di kalangan tarbiyah.

Namun, ada salah satu dialog dalam film tersebut yang kurang bijak, bahkan cenderung menyudutkan alumni (institusi) pesantren. Dalam scene ceritanya, Ustadz Rachmat Abdullah dicurigai oleh tokoh masyarakat sebagai penyebar aliran sesat karena membuat kelompok pengajian yang lain dari kebiasaan masyarakat setempat.

Selain itu, Ustadz Rachmad Abdullah juga dimata-matai oleh intel karena dianggap dapat membahayakan keamanan. Pada saat Ustadz memberikan pengajian di masjid, datanglah seorang intel yang bernama Suryo yang diutus oleh atasannya. Sang intel menyampaikan surat panggilan dari atasannya agar Ustadz datang menemuinya. Singkat cerita, Ustadz menolak memenuhi panggilan dan menjelaskan bahwa sesama Muslim harus saling menghargai dan tidak saling mencurigai. ”Memang Pak Surya agamanya apa?” tanya Ustadz. ”Ya Islamlah!” ”Dulu Pak Suryo sekolah di mana?” ”Pesantren!” jawab Pak Suryo. ”Berarti masih ingat dong ajaran-ajaran Islam yang pernah Bapak Pelajari?” ”Ya masihlah kalau diingat-ingat!” Dan seterusnya…

Jawaban Pak Suryo yang notabene intel untuk memata-matai Ustadz Rachmad menurut saya cukup mengejutkan. Artinya, Pak Suryo adalah alumni sebuah pesantren, kemudian menjadi intel dan tugasnya mencurigai aktifis-aktifis Muslim. Dialog ini terbilang konyol, karena terkesan menempatkan alumni atau bahkan institusi pesantren (selama ini) tidak bisa menerima (cenderung curiga) terhadap aktifitas kelompok tarbiyah, terlepas pada akhirnya Pak Suryo kemudian insyaf. Jika toh ada intel yang berpendidikan pesantren seperti itu, rasanya jarang sekali dan tidak perlu ditampilkan dalam film tersebut.

Pertanyaannya: Apakah ini salah satu desain pesan yang ingin disampaikan oleh film ini? Jika ya, betapa sangat disayangkan ada pemahamanan di lingkungan tarbiyah yang coba dikembangkan bahwa alumni (institusi) pesantren tidak comfortable dengan gerakan tarbiyah. Padahal, pesantren (pada umumnya) merupakan lembaga yang cenderung toleran terhadap berbagai kelompok keagamaan. Bahkan, pesantren sendiri merupakan tempat menimba ilmu para Murabbi sebelum mereka belajar di berbagai Perguruan Tinggi di Timteng (Mesir, Madinah, Yordania,), seperti Hidayat Nurwahid misalnya.

Jika tidak, mengapa harus dibuat dialog bahwa latar belakang Pak Suryo yang natabene intel alumni pesantren? Apakah ini ada ketidaktelitian scipt writer dan sutradara atau ketidakmengertian mereka bahwa dialog itu kontraproduktif? Jika alasannya bahwa dalam sejarah hidup Ustadz Rachmad memang begitu adanya, apakah perlu pengakuan Pak Suryo pernah belajar di pesantren dimunculkan?

Oleh karena itu sebagai alumni pesantren, saya merasa kurang nyaman dengan dialog itu. Mohon penjelasan dari pihak pembuat film tersebut, dan jika memungkinkan kiranya dapat ditarik kembali untuk direvisi sebelum menyebar lebih luas demi kebaikan bersama.

Thobib Al Asyhar, Jl. Bukit Cinere Kav.156-D Gandul Limo, Depok (Republika Online)

Technorati


2 Tanggapan »

rijalul huda wrote @ September 17, 2008 at 7:15 am

Assalamu’alaikum, Kalau membaca tulisan mas Thobib ini saya menjadi heran, yang salah itu yang mana. Setahu saya memang banyak lulusan pondok yang menjadi intel, dan menjalankan perintah atasannya dengan “baik”. Ini kenyataan, harus kita terima. Sama halnya harus diakui banyak lulusan pondok yang perilakunya lebh tidak Islami. Pondok tidak menjadi jaminan bagi akhlaq seseorang. Nah sekarang memang yang menjadi persoalan adalah bagaimana anda menyikapi fakta itu. Kalau anda melihat itu sebagai kritik konstruktif maka itu akan menjadi pemicu sebuah perbaikan. Tapi kalau anda melihatnya sebagai sebuah pukulan dan sindiran, maka menurut saya anda sedang dalam keadaan tidak siap dalam menerima kenyataan yang sebenarnya. Dan asumsi anda bahwa dialog itu akan mempurburuk citra pesantren terlalu berlebihan, karena film itu tidak akan membawa kesan apapun seperti yang anda sampaikan. Gaya bercerita dalam film itu datar-datar saja dan anti klimaks, sehingga tidak akan menyulut respon kritik film lebih lanjut. Lgipula mas Thobib film ini hanya ditonton kalangan tertentu, sebab memang filmnya bermuatan kepentingan kelompok tertentu pula. Jadi saran saya, tidak perlu berasumsi terlalu jauh. Terima kasih

gojs wrote @ September 17, 2008 at 5:20 pm

menurut saya, dialog ini dibuat bukan untuk meyudutkan pesantren, tapi hanya usaha sang penulis untuk memberikan kesan kontras yang dialami oleh sang intel : seseorang yang sangat mengerti agama namun bertolak belakang dengan kelakuannya.. Sama saja seperti seseorang yang bergelar S.Ag namun berkelakuan tidak semestinya. Untuk kepentingan sebuah film, penulis mengharapkan adegan ini dramatis dan bisa memancing penonton untuk berfikir.


Jawaban Majelis Budaya Rakyat (MBR)

FILM SANG MURABI Tanggapan MBR

Sumber tulisan: Republika Online, 20 September 2008, dimuat sebelumnya di Harian Republika, Sabtu (20/9).

Kami ingin menanggapi surat pembaca tentang film Sang Murabbi yang ditulis oleh Saudara Thobib Al Asyhar di Harian Republika pada hari Senin (15/9).

1. Kami mengucapkan terima kasih atas apresiasi Saudara Thobib kepada film Sang Murabbi. Benar seperti Anda katakan, film ini memang dibuat dan diniatkan untuk menggugah semangat dakwah sekaligus membetuk pencitraan konsep diri kader dakwah di kalangan tarbiyah. Jadi, tak ada niat secuil pun Majelis Budaya Rakyat (MBR) untuk menodai tujuan pembuatan film itu dengan menyudutkan alumni, apalagi institusi pesantren.

2. Kalau Anda cermat, film Sang Murabbi sesungguhnya bercerita tentang kisah hidup seorang santri bernama Rahmat Abdullah. Selama bertahun-tahun Rahmat Abdullah muda digembleng di Pesantren Asy Syafiiyah di bawah asuhan Allahuyarham KH Abdullah Syafii. Setamat dari sana, Ustadz Rahmat muda juga mengajar di almamaternya (coba Anda simak scene yang berisi dialog antara Ustadz Rahmat dan ibunya yang mengeluh kesepian karena Ustadz Rahmat memilih tinggal di pesantren). Dengan fakta ini, mana mungkin kami berniat menyudutkan alumni dan institusi pesantren seperti yang Anda tuduhkan itu.

3. Mengenai tokoh Suryo. Ini adalah tokoh faktual. Artinya, keberadaannya sebagai intel yang alumni pesantren memang fakta adanya. Tentu, Anda bisa menelaah dengan pikiran jernih bahwa scene itu sama sekali jauh dari tendensi menyudutkan alumni pesantren, karena Suryo kami tampilkan sebagai person yang mewakili institusi militer ketika itu (masa rezim Orba). Kami tentu tak perlu menguak lebih jauh keberadaan Suryo dalam konstelasi politik militer masa itu. Tapi, ada pesan yang justru penting dan mungkin Anda lupa untuk memikirkannya: bahwa pada masa rezim Orba, penguasa menggunakan nyaris seluruh anasir umat Islam, termasuk pesantren, justru untuk membatasi ruang gerak umat Islam. Nah, dalam konteks ini, Ustadz Rahmat Abdullah sesungguhnya adalah salah satu contoh korban politik model itu.

Pesan lainnya yang ingin kami sampai dari scene ini adalah: siapa pun bisa menjadi pihak, yang sadar atau tidak, dapat memusuhi umat Islam. Suryo menjadi intel lebih karena sistem yang menzaliminya, sehingga dalam menjalankan tugasnya tampak jelas potensi kefitrahannya sebagai seorang Muslim. Coba Anda ikuti sepak terjang Suryo di beberapa scene, termasuk curhatnya kepada Ustadz Rahmat tentang rasa stressnya akibat harus selalu memantau kegiatan Ustadz Rahmat padahal hal itu tidak diinginkannya.
Jadi, jangan melihat sosok Suryo hanya dalam scene pendek itu. Anda memotong cukup banyak informasi yang penting tentang Suryo yang kami tampilkan dalam film itu. Kami rasa Anda tidak adil dalam memandang sosok Suryo.

4. Kami yakin kritik Anda terhadap film Sang Murabbi lebih karena kecintaan Anda kepada institusi pesantren, bukan karena fanatisme yang membabi buta, apalagi sekadar rasa tersinggung yang tidak perlu.

Demikian jawaban dari kami. Semoga bermanfaat.

Muhammad Yulius
Ketua Umum Majelis Budaya Rakyat (MBR) Jl. Intan Baiduri No. 19 Kemayoran, Jakarta Pusat

Kamis, Oktober 09, 2008

Penghambaan

Ketahuilah setiap orang yang menolak menghamba pada Allah
dalam bentuk ketaatan dan kecintaan pada-NYA,
Maka ia akan diuji dengan penghambaan pada sesama makhluk
Mencintai dan mengabdinya……

Akhwat Yang Menangis di Walimahan

Baca judulnya aja menyedihkan ya? And this the story ……….
ohya…nama2 dibawah ini ahnya rekaan saya saja

Kisah ini diceritakan oleh temanku yang menjadi ketua panitia di sebuah walimahan ikhwah. Sebut saja namanya Zahra. Dia diamanahi sebagai ketua panitia akhwat pada walimahan teman sekampusnya Aziz (si mempelai ikhwan). Akad nikah & walimahan itu sendiri diselenggarakan di rumah mempelai akhwat. Sampai pada hari H, semua pantia dan para anggota rumah itu sangat sibuk. Sebagai ketua pantia otomatis Zahra diharuskan mondar mandir dan menyebarkan pandangannya ke semua sudut untuk mengawasi para panitia akhwat.

Dan disudut ruangan itulah duduk seorang akhwat yang sejak acara akad nikah Zahra perhatikan selalu mengusap airmata, mungkin terharu pikir Zahra. Usai akad nikah, para undangan keluar dari ruang tamu tempat acara akad dan yang lain mulai sibuk mempersiapkan acara walimatul ursy. Namun Zahra masih memperhatikan akhwat itu tetap duduk disudut ruangan dengan mata yang sembab. Zahra tidak mengenal akhwat itu, Zahra khawatir kalo2 akhwat itu sedang tidak enak badan, maka Zahra pun menghampirinya utk berbasa basi.

“assalamu’alaikum Ukhti…., anti sakit kah?”, Tanya Zahra.
Akhwat itupun membalas dengan ramah, “wa’alaikumsalam….eh nggak kok, terimakasih Ukh…”
Tapi Zahra masih melihat airmata itu ga berhenti keluar dari mata itu. Zahra mengajaknya berkenalan. Namun Zahra sangat terkejut karena tiba2 akhwat tsb semakin terisak. Zahra bingung, dan krn khawatir menarik perhatian yang lain, Zahra membawanya kesebuah kamar yang kosong. Sepertinya ada sesuatu nih, pikir Zahra.

Dikamar itu, dia semakin terisak isak dan mengalirnya cerita tentang siapa dirinya dan kenapa dia menangis spt itu.
Namanya Rista, dia adalah teman dari mempelai ikhwan sejak mereka masih SMU, dan mereka sempat pacaran 3 tahun selama SMU (itu sebelum mereka berdua hijrah menjadi ikhwan/akhwat). di awal2 kuliah (kuliah beda kota), mereka sedang berproses utk menjadi seorang muslim yang berkomitmen menjadikan diri mereka sebagai salah satu penyokong barisan dakwah.

Otomatis, akhirnya keduanya melepas ikatan yang tidak suci itu. Kala itu Aziz sempat menyatakan bahwa jika nanti tiba saatnya dia memiliki kesiapan utk menggenapkan separuh dinnya, dan jika Rista belum dipinang orang lain, dia pasti akan mendatangi Rista sebagai orang yang telah siap menjadi imam dalam keluarga. dan ternyata itu memberikan harapan yang luar biasa pada Rista. Setelah itu mereka nyaris tidak ada komunikasi sama sekali. Mereka tenggelam dalam kesibukan berdakwah & meng-ishlah diri.

Sampai beberapa hari sebelum saat ini, beberapa bulan setelah mereka wisuda, tedengar kabar bahwa Aziz akan melangsungkan walimah. Rista sangat tersentak dengan kabar itu. Dia tidak diundang sama sekali, padahal Aziz tidak mungkin lupa alamat rumah Rista. Rista berusaha keras mencari tau dimana alamat tempat acara walimahan itu. Dan disinilah Rista hari ini. Menatap si pemberi janji yang ternyata tidak menepati janjinya. Merelakan seseorang di masa lalunya yang menghancurkan harapannya yang dia simpan selama ini. Dan menyesali dirinya yang ternyata bodoh & lugu, masih percaya pada manusia yang alpa, yang tidak mustahil melupakan janjinya. Memang hanya janji Allah yang benar2 pasti.

Catatan buat ikhwan/akhwat :
Tidak mustahil judulnya berganti “Ikhwan yang menangis di walimahan”.
Maka ketika kita telah memutuskan menjadi bagian dari dakwah dan harus melepas ikatan dengan seseorang yang pernah sangat dekat dengan kita, jangan sedikitpun meninggalkan harapan/janji yang belum tentu pasti bisa kita penuhi.
Jangan jadikan seseorang itu sebagai cadangan ketika kita siap untuk menikah.
kalo dapat yang lebih baik lagi, lebih sholeh/ah, maka seseorang itu dilupakan.
Tapi kalo belum dapat ya seseorang yang dulu pernah ada lah.

MA TUR NU WON telah mengunjungi blog saya, selamat bersilaturahmi di dunia maya yaaa...